Jumat, 22 Februari 2013

ngoceh 2 #kreatif

Barusan baru ngebaca tulisan dan cerita fiksi kolaborasi antara seoarang anak SD yang mungkin usianya 6 atau 7 tahun dengan ayahnya. Disana aku ngelihat bagaimana kedua orang ini begitu kompak dan begitu bersahabat satu sama lain.  Mereka berbagi, bertukan pendapat, mengarang, lalu menulis. Kadang si anak menulis sendiri ide-ide ceritanya, atau si anak bercerita lalu ayah yang mengetikkannya. Kerjasama yang baik. Ide-ide sederhana bisa dijadikannya sebuah cerita unik, dengan gaya tulisan yang simpel, menjadikan suatu karya yang menarik.
Si anak diberi kebebasan untuk berimajinasi, memainkan saraf-sarafnya untuk terlatih memikirkan hal-hal yang tak terfikirkan orang lain sebelumnya. Ini sebuah didikan yang sempurna. Seorang  ayah yang tentunya ingin menjadikan pujaan hatinya sebagai orang yang berfikiran luas, cerdas, dan kelak menjadi seorang yang menggebrak dunia dengan ide-ide uniknya.
Dunia sekarang memang selalu menuntut orang untuk senantiasa kreatif. Ingin maju harus kreatif. Bahkan jadi kuli juga harus kreatif. Jika tidak siap-siap saja kamu bakal ditindas. Dunia sekarang yang dibeli bukan lagi otot, tapi kreatifitas. Kreatifitas berawal dari ide.
Terbayang tidak bagaimana mungkin ada orang yang berusaha menjual air putih dalam kemasan. Cuma air putih biasa. Air yang kita bisa dapetin gratis, bisa dipake sepuasnya, tiba-tiba dijual, dimasukkan dalam botol-botol yang beraneka ragam. Tak terbayangkan bisa menjadi salah satu kebutuhan pokok rumah tangga. Bahkan orang rela membelinya dengan harga yang tidak murah. Seminggu saja pasokan air kemasan ini tidak ada, pada modyaarrr kabeh. Hahaa. Mau minum pake apa? Masa pake comberan?
Ini waaaaww sekali. Pada saat orang tidak pernah berfikir untuk menjual air putih, ada salah satu orang yang punya ide secemerlang ini. Dia kreatif, dia bisa membaca situasi. Naaaahhh..naaahhh.. lama-lama sinar matahari juga bakan diperjualbelikan nih *matik*
Sekarang udah banyak nih yang jualan air putih dalam kemasan. Karena persaingan itu muncullah istilah brand (merek). Brand digunain biar konsumen dan produsen gampang ngebedain air kemasan yang satu dengan air kemasan yang lainnya.  Ibaratnya manusia kalo gak dikasi nama, mau dipanggil pake apa? Masa dipanggil Ndul semua. Karena banyak brand yang muncul sekarang ini dituntut berbagai kreatifitas agar produk air dalam kemasan dipilih oleh konsumen. Huuu apalagi kalo bukan iklan. Ide iklan itu mahal. Butuh kreatifitas.
Apa yang terjadi kalo kita gak kreatif? Ketinggalan doongg..
Kembali lagi kehukum rimba. Siapa yang kuat dia yang menang. Tapi yang kuat bukan otot, tapi ide. Jelasnya siapa yang licik dia yang menang. Hahaha
Kembai keawal, bersyukurlah anak itu memiliki ayah yang cerdas dan berfikiran maju. Inginnya semua orang tua punya kepedulian pada anak-anaknya. Bukan hanya nyerahin anak ke sekolah lalu dibiarakan tumbuh dengan ajaib. liat aja, anak sekarang umur 3 tahun aja udah disekolahin, gpp siihh.. tapi dirumah gak didampingi atau gak diajarkan untuk berkreatifitas. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa guru-guru disekolah sudah kucup memberikan mereka pendidikan. Sehingga kurang memperhatikan sampai sejauh mana perkembangan si anak. coba bayangin satu orang guru yang harus mendidik 10 murid dalam satu waktu. gimana? bisa fokus apa kagak?
Parah lagi ketika anaknya sudah besar lalu bertingkah yang tidak sesuai dengan aturan, yang disalahkan adalah sekolah. Sempet dulu saya pernah denger ada orangtua yang bilang begini “kamu itu udah disekolahin masih juga bandel”. Mereka ngerasa setelah diserahkan ke sekolah, si anak bisa dengan ajaib menjadi baik dan penurut seperti Budi atau Mila yang ada dalam buku PPKN. Haaaahhhh... saya kehabisan kata-kata. 
*end*